Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Batasan

[Poems] Duhai Puan pujaan Aku sering melihatmu dari kejauhan Memandangimu tanpa sebab Yang membaur dalam hati yang bergejolak Kau cantik bak bidadari Dengan rambut yang tersemai lembut Mata yang memancarkan isyarat hati Dan aroma yang khas dari harum parfum Duhai Puan pujaan Namun, aku tak tahu apakah kau menyukai? Tebakanku tidak, dan kau tak kan tahu Bahwa ada seseorang yang berharap fiksi Dalam angan angin yang berhembus Aku tahu batasan diri Yang tak sanggup untuk menyaingi Seseorang dalam kriteria terbaikmu Aku hanyalah lelaki yang hanya sanggup mengagumi

Pulang ya, Nak

[Short Story] Nak,  apa kabar? Ibu kangen kamu [kring 3x] Huh,  Aku terbangun terkejut dan mematikan alarmku. Lagi - lagi mimpi itu terus membayangi tidurku. Maaf ibu, aku belum bisa pulang sekarang. Boy masih ada deadline novel yang harus terselesaikan selepas lebaran nanti. Tubuhku masih lemas untuk berdiri.  Aku buka handphone yang berada di meja kecil sebelah tempat tidurku. Kucari foto ibu yang masih tersimpan rapi didalam galeri. Kupandangi wajahnya yang cantik dengan hijab yang merah merona.  Bibir tipisnya memancarkan senyuman semanis gula batu.  Seketika mata yang semula memerah karena kantuk,  berubah mengeluarkan air yang berlinang. Ah, aku kangen ibu. Selepas memandangi ibu, aku beranjak dari tempat tidurku untuk meregangkan otot yang salah posisi saat tidur. Menguap dan  ngulet adalah hal yang menyenangkan yang selalu aku lakukan. Seketika hpku berdering. Ternyata Bapak menelepon. Aku kembali duduk dan mengangkat telepon dari Bapak. "Assalamualaikum, Pak

Sebatang Kara

[Sajak] Melihat matamu yang kian indah memancarkan pelangi yang membuatku ingin menggapainya.  Harapan yang kau beri seakan tak menunjukan harapan palsu yang diiming imingi dengan rayuan ingin memperbaiki kembali. Terkaanku yang selama ini menjulur,  rapuh oleh sikap yang perlahan egois. Ternyata, luka yang ingin kau sembuhkan kembali hanyalah sekedar anggapan tak lebih. Dan kau tetap kembali berada dipeluknya yang kian hari kian mendekati. Inilah aku, lelaki sebatang kara...

Ragu

[Sajak] Saat kau menatap bersama senyum, dan apakah rasa cinta itu masih tumbuh dalam benakmu? Aku ragu membalas senyummu atau hanya tetap diam dan mengalihkan perhatian. Aku takut bila perhatian yang kau beri hanya sesaat seperti angin yang silih berganti. Tanpaku sadari,  aku terjebak dalam angan yang menghasut kerinduan untuk tetap bersama. Tapi, realita hanyalah tipu muslihat. Mungkin diam lebih baik daripada tetap memberikan perhatian. Berhentilah...

Pengagum Rahasia

[Sajak] Teruntukmu puan,  Apa kau tidak mengetahui hal kecil yang kualami?  Aku sering kali melihatmu walau dalam malu. Mengagumimu mungkin sebatas itu. Semenjak dari itu,  aku menganggapmu spesial dari penglihatanku yang tak mungkin keliru. Dan apakah kau sadar? Aku menunggumu dalam suasana sendu merindu senyumanmu. Namun,  entah mengapa kehadiranku hanyalah ibarat sampah yang tak dipedulikan untuk didaur ulang? Selalu ada untukmu tapi tak pernah kau hirau. Sulit menebakmu wahai puan pujaanku... 

Sajak

[Sajak] Semenjak sajak menggeluti pikirku,  tiap rasa yang kualami,  kuceritakan padanya. Hanyalah ia yang mengerti bagaimana perasaan semua hal duniawi terjadi. Dalam malam berkabut,  saat semua aktivitas manusia berhenti,  aku sendiri bertamu pada sajak.  Mengetuk pintu dan berucap permisi dengan hati lirih.  Ia menghampiri dan memelukku untuk bercakap sebagian perasaan yang kutempuh selama sehari. Dia begitu baik sebab apapun yang kuceritakan selalu ia tulis dengan bahasa sastra andalannya. 6 September 2017

Berubah

[Sajak] Semenjak minggu yang lalu,  kau bertingkah beda dari minggu-minggu sebelum itu. Yang setiap saat memanggil namaku tiap bertemu,  kini kau menjauh seperti tak mengenal diriku. Yang setiap pagi mengucapkan selamat pagi,  kini tak berucap lagi. Yang setiap waktu mengingatkan sholat,  kini tak mengingat lagi. Mengapa engkau berbeda? Apa salahku yang setiap hari mengabarimu? Apa dirimu sudah asyik dengan seseorang yang baru? Tolong,  jangan mempengaruhi diriku untuk berpikir tidak karuan kepada dirimu. Janganlah berubah dengan sesuatu yang sangat amat berbeda dari sebelumnya. Wahai wanita,  aku cinta dirimu sepenuhnya.. 6 September 2017

Hampa

[Sajak] Jika memang Tuhan itu adil dalam memberi luka,  namun mengapa saat aku terluka ia malah tersenyum bahagia? Aku memang tak tahu ada apa dengannya sekarang.  Imajinasiku seolah mengarah bila ia sudah punya penggantinya. Curigaku mengalihkan duniaku.  Setiap waktu aku sempatkan memikirkanmu.  Tapi apakah kau tau? Aku selalu mengucap namamu dalam doa yang aku sebut setelah sholatku. Ah tidak.  Kau tidak tahu itu. Sebab,  duniamu sekarang bukan milikku.. 5 September 2017

Usai

[Sajak] Tugasku untuk mencintaimu sudahlah usai.  Aku merasa cukup atas penderitaan selama ini.  Kini,  kau pergi tinggalkan aku sendiri. Aku tak tau apa yang kau rasa hingga tega meninggalkan orang yang dicinta demi orang yang disuka. Penjelasanmu sudah seperti angin di telinga. Sebab apa?  Aku sudah mengetahui sebenarnya.  Aku sudah muak dengan pembelaan yang kau lanturkan.  Sakit rasanya bila mencintai tanpa dicintai. Semoga kau senang dengan yang baru.  Dan ini adalah kata terakhirku... Selamat tinggal. 5 september 2017

Rindu

[Sajak] Entah mengapa bayangmu masih terangan-angan dalam kabut kelabuku. Serasa ingin tapi tak kuasa untuk berkata. Aku memanggilmu dalam sunyi malam yang hanya bulan dan bintang yang mendengar. Ku sebut namamu berulang kali sesampai terlelap tidur ditemani angin yang setia menghembus. Dan tetiba kau disampingku menemani tidurku dan merangkulku dengan bisikan "aku disini untukmu". Hatiku tenang sesaat saat kau bilang dengan suara lembut. Namun, fajar terburu-buru untuk menengok ke jendela. Baru kusadari ternyata hanyalah khalayan yang meracuni pikiranku. Ya, aku rindu dirimu..  6 September 2017